SHARING PENGALAMAN HIDUP


Oleh: Rofinus Emi Lejap

Sharing dalam Aktivitas

Istilah “Sharing” merupakan istilah yang bisa diterapkan pada banyak hal. Ada Mesin sharing, file sharing, file sharing software, online file sharing, file sharing website, share files, web file sharing, music sharing, shared music, video sharing, printer sharing dan hosting sharing. Mengapa istilah itu begitu akrab pemakaiannya dalam berbagai bidang? 

Sharing juga biasa digunakan dalam kegiatan lain di dalam camping, retret, rekoleksi, dan pendalaman Kitab Suci. Sharing yang dilakukan manusia, artinya membagikan sesuatu kepada orang lain. Dalam camping, sharing adalah menceritakan pengalaman hidup pribadi yang melibatkan perasaan, buah pikiran, atau pendapat pribadi tentang sesuatu. 

Dengan Sharing, peserta camping diharapkan belajar membagikan salah satu pengalamannya yang paling berkesan kepada orang lain. Dalam sharing, diusahakan agar peserta sampai kepada pemahaman akan peranserta orang lain dan campur tangan Tuhan. Dengan ungkapan-ungkapan itu, mereka dapat saling memperkaya dan meneguhkan. 

Sharing di dalam camping adalah acara ‘pengungkapan hati’ maka ada syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh pendamping kelompok sharing dan oleh peserta sendiri. Keberhasilan suatu sharing sangat ditentukan oleh pemahaman arti sharing serta suasana yang diciptakan. Untuk itu, sebelum sharing terlebih dahulu dijelaskan syarat-syarat serta suasana yang harus diciptakan serta dipatuhi oleh peserta sharing. 

Kunci utama sharing adalah mendengarkan. Selama sharing, setiap peserta mempunyai kewajiban yang sama, yaitu mendengarkan ungkapan teman tanpa menanggapi, membantah, mengejek atau mempertanyakan. Dan setelah sharing, apa yang diceritakan di dalam kelompok tidak boleh diceritakan, disebarkan atau ditanyakan di luar sharing. Dengan demikian, kerahasiaan tetap terjaga. 

Tuhan menyapa manusia ciptaan-Nya di dalam berbagai situasi dan peristiwa. Ada yang disapa melalui peristiwa gembira misalnya mendapat hadiah waktu berulangtahun, dibelikan sepeda karena lulus waktu menamatkan jenjang sekolah dasar dan mendapat teman-teman baru di SMP atau pengalaman yang lain. Tetapi tidak jarang Tuhan menyapa manusia melalui peristiwa sedih, misalnya kematian anggota keluarga dan berpisah dengan teman akrab atau mendapat hukuman di sekolah. Pengalaman suka dan duka merupakan kenyataan yang sudah terjadi dan tidak dapat dirubah, tetapi direfleksian atau direnungkan untuk menemukan makna dari peristiwa itu. 

Sharing dalam camping merupakan kegiatan menceritakan suatu peristiwa hidup yang paling berkesan kepada orang lain di dalam suatu kelompok. Maksud kegiatan sharing adalah peserta belajar membuka diri, baik terhadap pengalaman sendiri maupun terhadap pengalaman orang lain melalui cerita. Sharing juga mengandung makna pengakuan akan campur tangan Tuhan di dalam peristiwa hidup manusia melalui kehadiran orang-orang lain di rumah, di sekolah dan di tempat lain.

Peristiwa yang diceritakan atau dibagikan kepada teman-teman itu adalah kisah yang otentik, benar-benar dialami sendiri bukan pengalaman orang lain apalagi kalau cerita itu tidak benar. Kisah yang berasal dari pengalaman pribadi akan mengalir dengan sendirinya hanya mungkin waktu mengungkapkannya tersendat-sendat karena emosi atau perasaan dilibatkan. Di dalam pengalaman yang asli dan jujur tidak ada batasan atau larangan untuk tertawa dan menangis. Bila pengalaman lucu dan gembira tertawalah dan bila sebaliknya menangislah. 

Karena sharing bersifat pribadi, semua yang di-sharing-kan oleh seseorang tidak boleh dijadikan bahan diskusi untuk dibahas. Sikap yang perlu dijaga dan diusahakan di dalam sharing adalah mendengarkan dengan tulus. Untuk mendengarkan, perhatian dipusatkan dengan sungguh-sungguh agar apa yang diceritakan itu dipahami, dihayati, dan ikut dirasakan. Dengan demikian, timbul belarasa, setia kawan atau solider dengan ‘dia’ yang mengalami peristiwa itu.

Syarat-syarat Sharing

Sharing di Pondok Labu 1996
a. Memilih tempat yang tenang, hindari keramaian dan orang lain.

b. Sharing dimulai dan diakhiri dengan doa; memohon penyertaan Tuhan selama sharing.

c. Peserta diberi kesempatan selama beberapa menit untuk mengingat suatu peristiwa berkesan untuk di-sharing-kan. Peristiwa berkesan adalah kejadian yang cukup berpengaruh bagi perubahan dan pandangan hidup, baik yang menggembirakan maupun yang menyedihkan. 


d. Ketika seorang anggota sedang men-sharing-kan pengalamannya, siapa pun tidak dibenarkan untuk: menghentikan pembicaraannya, memberi nasihat, menanggapi, menertawakan, mengejek, dan mengeritik. Sikap yang benar adalah mendengarkan, memahami, dan merasakan. 

e. Segala sesuatu yang diungkapkan dalam sharing, entah bersifat pribadi atau umum menjadi rahasia kelompok sharing, artinya tidak boleh diceritakan atau dibicarakan di luar kelompok sharing.


a. Pembina menceritakan sebuah contoh sharing. Karena kadang-kadang ada peserta yang sulit menceritakan pengalamannya. Bila hal itu terjadi maka mereka perlu dibantu dengan media lain, misalnya gambar-gambar yang mengingatkan mereka akan peristiwa yang pernah dialami. Contoh peristiwa yang disharingkan oleh Pembina bukan untuk dicontoh, melainkan sebagai ‘pintu masuk’ bagi sharing-sharing yang lain. 

Contoh sharing: 
Saya dilahirkan dari keluarga besar, sembilan bersaudara. Tetapi ketika saya berusia enam tahun kakak saya yang ketiga meninggal dunia sehingga kami tinggal delapan bersaudara, empat putera dan empat puteri. Kematian kakak itu membuat kami semua sangat sedih karena kematiannya akibat jatuh dari pohon. Apalagi setiap kali kami membicarakannya aroma ketika mati selalu tercium, seakan dia mau terlibat di dalam pembicaraan. Sejak peristiwa kematian kakak itu timbul keyakinan dalam diri saya bahwa orang yang mati rohnya tetap hidup, dan saya percaya roh kakak saya tetap hidup dan kini tinggal di surga. Kepercayaan saya itu bukan diajarkan oleh para guru, tetapi karena saya mengalami sendiri kematian kakak.

 b. Peserta dibagi dalam kelompok (5-7 orang). Penentuan jumlah kelompok mempertimbangkan jumlah pendamping yang ada karena setiap kelompok harus didampingi. Jika peserta campuran, putra-putri, jumlah peserta ditentukan secara bijak agar seimbang. 

c. Setiap kelompok sharing didampingi oleh seorang pembina yang tugasnya: 
• bersama peserta mencari tempat yang tenang, jauh dari keramaian,
• membuka sharing dengan doa, 
• mengarahkan jalannya sharing agar tidak berubah menjadi ajang diskusi,
• mengajak peserta mendoakan anggota kelompok yang mempunyai pengalaman menyedihkan,
• mendampingi peserta yang larut dalam kesedihan,
• mengingatkan peserta untuk menjaga rahasia sharing, 
• menutup sharing dengan doa. 
***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERISTIWA DALAM HIDUP SAYA

Panggung Kebebasan

REKREASI TERPIMPIN