PERISTIWA DALAM HIDUP SAYA

PERISTIWA DALAM HIDUP SAYA 

Rasa bahagia waktu belajar ditemani mama!

WHO AM I?

Kasih dan panggilan Tuhan kepada manusia tidak dialami secara langsung, melainkan melalui perantara. Tuhan menggunakan orang-orang dan peristiwa tertentu untuk menyatakan kasih-Nya kepada setiap orang. Tidak ada manusia yang secara kebetulan berada di dunia. Dan juga tidak ada peristiwa yang terjadi secara kebetulan atau tiba-tiba. Bagi orang beriman, segala kejadian entah direncanakan atau tidak, selalu diartikan dalam kerangka penciptaan dan penyelenggaraan Tuhan.

            Tuhan menggunakan sesama untuk menyatakan kasih dan bimbingan-Nya. Sesama yang paling dekat dan paling berjasa di dalam hidup adalah orang tua. Mereka menjadi wakil Tuhan di dunia, karena melalui mereka Tuhan menghadirkan seorang manusia baru, yaitu anak sebagai keturunan.

Setiap ibu yang normal pasti mencintai buah kandungnya, anak, keturunanya sendiri. Tetapi dalam keadaan yang tidak wajar, seorang ibu tega membuang anak kandungnya. Tidak demikian dengan Tuhan.Ia tidak pernah melupakan ciptaan kesayangan-Nya. Ia bersabda melalui Nabi Yesaya, “Aku tidak pernah akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukis engkau di telapak tangan-Ku” (Yes 49:15-16). Atau dalam kitab yang sama bab 43 :1 disabdakan, “Aku memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku”. Tuhan sangat menghargai manusia buah ciptaan-Nya sendiri; “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku mengasihi engkau“ (Yes 43:4). Sesama yang berjasa dalam hidup adalah wujud kasih Tuhan. Rencana kehidupan bagi seseorang yang telah digariskan-Nya, disalurkan melalui peranan sesama.

Tuhan menggunakan peristiswa-peristiwa hidup manusia sejak kelahiran hingga kematian sebagai sarana kasih-Nya. Tetapi sering manusia hanya mau menerima peristiwa yang menggembirakan dan membahagiakan saja sebagai berkat Allah, sedangkan peristiwa menyedihkan diartikan sebagai cobaan. Tetapi, Ayub, seorang yang sangat saleh di hadapan Tuhan, berkata, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? (Ayub 2:10). Ayub tetap memuji Tuhan, meskipun berbagai malapetaka menimpa diri dan seluruh keluarganya, katanya: “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.” (Ayub 1:21).

Kaum remaja atau kaum muda mengalami banyak pergolakan yang seakan-akan menempatkan mereka di persimpangan jalan. Ada sebagian dari mereka yang mendapat bimbingan dan ada sebagian lagi yang harus mencari tahu jalan sendiri. Banyak peristiwa hidup yang membingungkan dan menggelisahkan mereka. Mereka perlu dibantu untuk melihat dengan mata iman bahwa Tuhan terlibat di dalam seluruh peristiwa hidup, baik yang menggembirakan maupun yang menyedihkan. Jika sungguh-sungguh direnungkan, setiap peristiwa mempunyai makna atau pesan untuk dihayati dan dijalani sesuai peran dalam hidup.

Dalam pertemuan ini, para peserta dibimbing untuk menyelusuri pengalaman-pengalaman mereka, serta mengartikan rencana Tuhan dalam peristiwa yang dialami itu. Di dalam pengalaman pribadi yang otentik akan ditemukan pesan-pesan yang mengandung makna bagi kehidupan. Biarpun pesan itu sangat sederhana tetapi bermakna dalam perjalanan hidup bagi yang mengalaminya..

Cerita: Pengalaman Berkawan dengan Marni.

Ketika masih di SMP, saya mempunyai seorang teman wanita yang cantik, namanya Marni. Ia pindahan dari sekolah lain, ketika kami mulai naik ke kelas tiga. Ia seorang anak gadis yang sopan, tutur katanya halus, suaranya merdu bagaikan musik yang indah di telingaku. Kami, para cowok, berlomba-lomba menarik perhatian Marni. Akhirnya, dia menjadi teman akrabku dan itu membuat saya sangat bangga.

Selama berteman denganku, Marni banyak menceritakan lembaran kisah hidupnya, dari masa kecilnya hingga saat pindah bersekolah denganku. Saya berlagak sebagai seorang sahabat yang mendengarkan cerita Marni dengan penuh perhatian. Hal itu tentu membuat Marni, dari hari ke hari semakin dekat serta  akrab denganku.

 Ceritanya antara lain begini;

Ketika Marni berumur 5 tahun dan adiknya berumur 3 tahun, ibunya meninggal dunia, karena terserang kanker ganas. Pertanyaan yang muncul dalam hati Marni kala itu adalah mengapa ibunya tidur terus? Mengapa ibunya dibungkus dan dibaringkan dalam peti lalu dibawa orang pergi? Marni memang belum mengerti waktu itu.

Belum setahun ibunya meninggal, bapaknya menikah lagi. Marni gembira karena orang itu memperkenalkan diri sebagai ibu, meskipun wajahnya tidak sama seperti ibu kandungnya sendiri. Orang mengatakan kepada Marni bahwa itu adalah ibu tirinya. Marni dan adiknya sangat gembira karena mempunyai  ibu lagi. Namun, kegembiraan Marni tidak bertahan lama. Ibu yang baru itu ternyata tidak menyayangi Marni seperti ibunya yang dulu. Marni selalu menerima perlakuan dan kata-kata kasar dari ibu tirinya sampai ia pindah tinggal dengan budhenya dan sekolah denganku.

Sebetulnya, ketika lulus SD Marni sudah ingin masuk SMP di tempat yang sekarang dan tinggal dengan budhenya, Sri Atun. Namun, ketika itu adiknya masih kecil sehingga Marni memutuskan untuk masuk SMP di kotanya demi adik yang disayanginya itu. Dua tahun kemudian, adiknya lulus SD dan Marni berani memutuskan pindah melanjutkan SMP di kotaku. Keputusan itu disampaikan kepada bapaknya dan ternyata ibu tirinya merestui. Jadilah saya berkenalan dengan Marni sehingga ada cerita seperti ini.

Selama setahun tinggal bersama budhenya, hampir setiap bulan ia mendapat kiriman dari ibu tirinya, entah berupa uang atau makanan. Mendapat perhatian yang begitu besar itu, Marni mulai berpikir bahwa ternyata ibu tiri yang galak itu baik hati juga. Ibu tiri yang selama ini selalu dinilai negatif oleh Marni ternyata keliru.

Ketika kami tamat SMP, bapak, ibu tiri serta adiknya datang menjemput Marni. Perpisahan itu begitu mengharukan karena si Marni, gadis cantik yang menjadi rebutan itu, harus kembali ke kotanya. Masuk SMA saya banyak mendapat kawan yang baru, tetapi pertemuan setahun dengan Marni begitu berkesan, sehingga saya sulit melupakannya.  Itulah kisah Marni, temanku.

Ringkasan Kisah Marni:

L    = Marni dilahirkan

IM = ketika ia berusia 5 tahun ibu meninggal

IT = Usia 6 tahun mendapat ibu tiri. Ia gembira sekaligus sedih karena ternyata ibu tirinya galak.

LSD = Usia 13 tahun gembira karena Marni lulus SD.

PS = Usia 15 tahun gembira pindah sekolah, tetapi sekaligus sedih karena berpisah dengan adiknya. Jauh dari ibu tiri, justru Marni mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari si ibu tiri.

LSMP = Usia 16 tahun Marni lulus SMP. Semua bahagia karena dapat berkumpul kembali.

Pengarahan:

Setelah direnungkan, ternyata Tuhan mempunyai rencana atas perjalanan hidup Marni. Tuhan memberikan yang terbaik untuknya. Ia mengalami kesedihan dan kehilangan ketika ibunya meninggal. Tetapi ia mengalami  kegembiraan ketika ayahnya menikah lagi dan mendapat seorang ibu baru. Sayang,  ibu tirinya ternyata bersikap galak, menjengkelkan dan sering membuat sakit hati, sehingga Marni merasa sedih, kesepian, silih berganti. Kepindahannya ke kota yang lain mengikuti budhenya Sri Atun, Marni merasa gembira karena terbebas dari ibu tiri yang galak.Tetapi sekaligus sedih karena harus berpisah dengan adiknya. Rupanya Tuhan menunjukkan watak ibu tirinya yang asli begitu Marni pindah. Ternyata ia tidak galak melainkan penuh perhatian dan kasih sayang.

Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Hanya kadang-kadang, kita sendirilah yang mencoba meninggalkan Tuhan karena keliru menilai masalah yang kita hadapi.  Terkadang kita lari dari kenyataan hidup yang biasa karena didorong rasa sakit hati. Kita yang sebelumnya dikenal sebagai anak penurut, berubah menjadi cuek, kasar, suka berhura-hura, kebut-kebutan di jalanan, suka minuman keras, merokok yang akhirnya terjerumus ke narkotika. Sekejam-kejamnya orang tua, mereka tidak mungkin mencelakakan anaknya sendiri.

Kebaikan Tuhan melebihi segala macam kebaikan manusia, seperti yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya, “Aku tidak pernah akan melupakan engkau. Lihat, Aku telah melukis engkau di telapak tangan-Ku” (Yes 49:15-16). Karena Dia sangat mengasihi kita, “Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku mengasihi engkau“ (Yes 43:4).

Maka sikap kita yang tepat sebagai ciptaan Tuhan yang dikasihi adalah menerima dan mensyukuri setiap peristiwa dan tetap bersyukur, memuji dan memuliakan Tuhan. Marilah kita meniru bapa Ayub yang di dalam penderitaan akibat tertimpa berbagai musibah dan penyakit berbahaya, tetapi ia masih berseru “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? (Ayub 2:10). “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.” (Ayub 1:21). Sungguh luar biasa kasih Tuhan kepada kita, dan betapa kokoh iman Ayub kepada-Nya.

Renungan: Semua diam dan menutup mata sambil diperdengarkan lagu ”I will never forget you My people” yang didahului pembimbing membacakan syairnya;

I will never forget you, My people

I have carved you on the palm of My hand

I will never forget you, I will not leave you orphan

I will never forget My own

            Does a mother forget her babby

            Or a woman the child within her womb

            Yes, ever if these forget, yes ever if these forget

            I will never forget My own.

Wisma Syalomn Bandungan, 13 Nopember

                                                Kepada yang sayang kusayangi,

                                                Ayah dan ibu di Parakan.

Ayah dan ibu saya, hari ini saya sedih sekali membayangkan perjuanganmu untuk membesarkanku serta kakak dan adik-adik. Sekarang saya baru mengerti, bahwa kamu membiarkan suster membawaku ke panti asuhan, bukan karena kamu membenciku dan membuangku. Tuhan tentu  mempunyai rencana terhadap hidupku di kemudian hari.

Sekarang saya sudah kelas 3 SMK yang seluruh biayanya ditanggung oleh suster, dan suster juga memberi jalan agar nanti setelah lulus saya bekerja untuk ikut membantu sekolah adik-adikku. Saya sangat bersyukur, atas kebaikan dan perhatian dari para suster.

Ayah, ibu, saya berterimakasih kepadamu dan maafkan karena selama ini saya berpikir yang tidak baik tentang kamu. Semoga Tuhan memberikan kesehatan dan umur yang panjang kepada ayah dan ibu.

Teriring salamku untuk kakak dan adik-adik semua, Tuhan memberkati.  

                                         Putrimu,


                                                Evi  (bukan nama sebenarnya).

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggung Kebebasan

REKREASI TERPIMPIN