Percakapan Malam dengan "SANG HIDUP"

 


IBADAT NIKODEMUS

Pembukaan

Remaja dan kaum muda adalah kelompok ’pencari jati diri’. Ada banyak masalah yang mereka hadapi atau alami, tetapi tidak semua dapat ditemukan cara mengatasinya. Ada peristiwa-peristiwa gembira yang menyenangkan, ada juga masalah yang menyedihkan yang terpaksa mereka alami, padahal situasi jiwa mereka masih labil.

Peristiwa yang menyedihkan itu, seperti perceraian orang tua, kehilangan orang tua atau orang yang sangat dicintai, ditinggalkan oleh orang tua ke tempat yang jauh dalam waktu yang lama. Menghadapi situasi seperti itu, mereka membutuhkan hiburan, peneguhan dan jawaban dari orang dewasa. Namun tidak semua orang mendapatkan kesempatan itu.

Dalam ”Ibadat Nikodemus” peserta diajak meniru Nikodemus, seorang ahli Taurat dan pemimpin agama Yahudi yang secara sembunyi-sembunyi datang menjumpai Yesus pada malam hari. Dialog pertemuan malam itu, Nikodemus mempertanyakan tentang ’dilahirkan kembali’ yang menurut Yesus berlaku untuk semua orang termasuk yang sudah tua. Dilahirkan kembali menurut Yesus adalah membuka diri  dan menerima Roh Kudus serta menanggalkan manusia lama untuk hidup seturut kehendak Tuhan dalam Roh dan Kebenaran.

Melalui ibadat Nikodemus, para remaja atau kaum muda diundang untuk datang kepada Tuhan. dengan membawa berbagai permasalahan atau beban hidup. Tuhan yang mahabaik, mahamurah, mahapengampun dan mahabelaskasih selalu mengharapkan kebahagiaan bagi semua ciptaan-Nya. Tuhan meneguhkan, menghibur dan menasihati serta menawarkan pertobatan untuk hidup bahagia bersama-Nya.

 Tuhan yang memberi terang kepada Nikodemus bahwa ia harus melepaskan manusia lama, yang berada dalam cengkraman dosa. Ia ibarat berjalan dalam kegelapan malam menuju kepada terang setelah dibersihkan dengan air dan disucikan oleh Roh Allah sendiri.

Para peserta “Penyegaran Hidup” juga datang menghadap Tuhan dan berdialog dengan-Nya. Mereka dapat mengajukan pertanyaan kepada Tuhan berhubungan dengan persoalan hidup yang dihadapi atau yang mengganggu pikiran mereka.

Ibadat ini juga merupakan peristiwa faktual yang dialami kaum remaja atau kaum muda. Mereka diundang untuk berani ‘berdialog’ mempertanyakan masalah yang dialaminya kepada Tuhan. Dia, Sang Pencipta yang mahabaik, sumber segala jawaban atas permasalahan hidup manusia akan sanggup memberikan solusi terbaik, yang setiap orang tentu memiliki bobot yang berbeda.

Peserta dapat mempertanyakan apa saja; misalnya ada yang kebetulan orangtuanya sudah bercerai, dapat bertanya: ”Tuhan, katanya jodoh ditangan-Mu, tetapi mengapa ayah dan ibuku bisa bercerai?” Atau ada yang segala kebutuhan hidupnya serba tersedia dapat bertanya: ’Tuhan katanya Engkau Maha adil tetapi saya dan keluarga serba kecukupan, sementara ada temanku yang serba kekurangan, di mana letak keadilan-Mu?”

Pertanyaan-pertanyaan jujur yang keluar dari hati,  ditulis dan dipersembahkan kepada Tuhan. Pertanyaan itu tidak perlu terlalu panjang dan tidak perlu diketahui orang lain. Tuhan pasti akan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, tetapi waktunya pastinya tidak diketahui. Pertanyaan itu tidak akan dibacakan, melainkan dibakar. Biarlah Tuhan saja yang mengetahui permasalahan setiap orang, dan Tuhan pula yang memberi jalan keluar dari permasalahan itu secara pribadi.


Pengantar
:

Adik-adik terkasih, kita telah melaksanakan perjalanan jauh meninggalkan bapak-ibu dan sanak saudara untuk  datang ke tempat yang sunyi ini. Apa yang hendak kita cari di sini? Pada malam ini hanya ada desau angin di semak belukar,  gemercik air di bebatuan dan hanya ada lolongan anjing malam di kejauhan serta nafas teman-teman yang terdengar.

Sore tadi dalam acara perkenalan, kita sudah berani mengungkapkan identitas diri: hobi, cita-cita, prinsip hidup, serta harapan mengikuti Camping Penyegaran Hidup  ini. Kita juga telah men-sharing-kan satu peristiwa yang paling berkesan dalam hidup. Ada yang mengalami peristiwa menggembirakan, tetapi ada juga yang menyedihkan. Semua peristiwa itu mempengaruhi diri, tetapi Tuhan pasti mempunyai rencana dengan semua peristiwa yang dialami itu?

Dalam ibadat “Nikodemus” ini, kita diajak meniru Nikodemus, seorang Farisi dan guru Yahudi  yang datang kepada Yesus pada malam hari dan bercakap-cakap dengan-Nya. Nikodemus mempertanyakan masalah yang tidak dipahaminya. Kita  meniru Nikodemus yang berani menghadap Tuhan untuk mempertanyakan rencana-Nya di balik peristiwa-peristiwa hidup yang kita alami. Kita percaya bahwa Tuhan tidak akan melupakan pertanyaan kita. Ia akan menjawab pertanyaan itu mungkin besok, lusa atau pada suatu waktu yang tidak kita ketahui.

Puisi si Kelana:

KUCARI SUMBER HIDUP

Desau angin malam ini menerpa ragaku

Dan mengusik batinku

Aku yang bersimpuh pasrah, dan

Desakan seribu tanya berkecamuk dalam rongga kepala

                 Dari tengah hiruk-pikuk kepanikan kota

                 Dari tengah kepadatan jadwal dan tugas sekolah

                 serta keruwetan rumus-rumus IPA dan matematika

                 Engkau menggandengku, mengajakku mengembara

                 Melintasi bukit, ngarai dan lembah.

Di bawah pohon jambu Engkau menghiburku dengan nyanyian burung kutilang

Di semak-semak Engkau menggoreskan garis merah di lenganku

Di kali Engkau menyejukkan tubuhku yang kepayahan

Di lereng bukit terjal Engkau memacu langkah dan nafasku.

                 Tuhanku,

                 Kucari Engkau pada lembar daun-daun jambu

                 Kudengar Engkau pada angin di pucuk pepohonan

Dan kurasakan kelembutan-Mu di sela bebatuan.

Tuhanku, Aku berpasrah pada-Mu

Biarlah aku lebur di dalam kasih-Mu

Karena Engkaulah harapanku, sumber hidupku.

 

Pembacaan Kitab Suci: Injil Yohanes 3:1-8

(Tiga peserta membacakan kutipan Injil).

Pembaca 1:  Pembacaan dari Injil Yohanes, bab 3 ayat 1 - 8.

                 Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata:

Pembaca 2:  Rabi, kami tahu, Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.

Pembaca 1:  Yesus menjawab kata-Nya:

Pembaca 3:  Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.

Pembaca 1:  Kata Nikodemus kepada-Nya:

Pembaca2:  Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?

Pembaca 1:  Jawab Yesus:

Pembaca3:   Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah Roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang dan ke mana ia pergi. Demikian halnya dengan tiap-tiap orang yang dilahirkan dari Roh.

Pembaca 1:  Demikianlah Sabda Tuhan.  

 Renungan: oleh Pembimbing

Adik-adik, dari manakah datangnya angin, kemanakah perginya? Ia begitu halus dan lembut menerpa tubuh kita, dan kita hidup karena menghirup udara yang masuk ke dalam paru-paru. Namun sayang, ciptaan Tuhan yang sedemikian penting bagi kehidupan itu tidak kita ketahui asal usulnya. Apalagi ’dilahirkan kembali’. Nikodemus dan kita sama-sama bingung karena tidak mengerti.  Ada banyak persoalan di hadapan kita, tetapi sulit kita pahami. Terkadang, ada permasalahan yang begitu sederhana, tetapi kita tidak tahu jalan keluarnya. 

Nikodemus adalah seorang guru Yahudi yang terpandang, memberanikan diri datang kepada Yesus untuk menanyakan persoalan yang sangat mengganggu pikirannya, dan akhirnya Nikodemus mendapat jawaban dari Yesus. Malam ini kita juga mau meniru cara Nikodemus, yaitu menjumpai Tuhan yang diimani oleh orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kita juga malam ini datang kepada-Nya untuk mempertanyakan masalah-masalah yang mengganggu ketenangan hidup.

Kita tidak melihat Tuhan, tetapi oleh iman kita percaya bahwa sekarang Tuhan ada di sini menyertai kita, memperhatikan dan mendengarkan segala perkataan kita. Bahkan Tuhan sudah mengetahui jalan pikiran kita.  Maka, baiklah kita memberanikan diri mengajukan pertanyaan tentang masalah yang mungkin sangat mengganggu pikiran kita. Tuhan memang mahatahu, mengetahui segala pikiran, rencana dan cita-cita kita. Ia juga mengetahui permasalahan-permasalahan hidup yang sedang kita alami, maka, beranilah kita membuka diri kepada-Nya dan mempertanyakan persoalan yang mengganggu itu.

Pertanyaan kepada Tuhan

Setiap peserta dipersilahkan membuat pertanyaan untuk diajukan kepada Tuhan, dengan cara menuliskannya pada sepotong kertas. Tuliskanlah secara singkat dan jelas, satu pertanyaan menyangkut permasalahan yang sangat mengganggu ketenangan hidup, misalnya:

Tuhan, mengapa aku tidak mendapat kasih sayang dari orang tuaku seperti kakak dan adikku?

Tuhan, mengapa aku sangat dibenci oleh ibu tiriku?

Tuhan, mengapa orangtuaku bercerai padahal kami sangat mengharapkan kasih-sayang mereka?

Dan lain-lain.

Pertanyaan-pertanyaan itu akan dipersembahkan kepada Tuhan dengan cara dibakar, sebagai tanda penyerahan masalah hidup kepada-Nya.

Menuliskan pertanyaan:  Peserta dibagikan sepotong kertas lalu diberi kesempatan untuk menulis pertanyaan, diiringi musik instrumentalia.

c. Pembakaran pertanyaan persoalan hidup:

Peserta dipersilakan maju berdua-dua, berlutut di depan salib, membaca pertanyaannya dalam hati, berdoa sejenak kemudian membakar potongan kertas itu pada lilin besar dan menaruhnya dalam kaleng kosong  yang telah disediakan.

             

Suasana selama pembakaran pertanyaan:

💚 Lampu-lampu dipadamkan dan hanya lilin besar yang dibiarkan tetap menyala.

💚 Peserta maju secara berurutan dari sebelah kiri dan kanan, berlutut di depan salib, berdoa sejenak dalam hati lalu membakar pertanyaan serta meletakannya di dalam kaleng kosong di samping lilin.

💚 Suasana dijaga agar tetap khusuk sampai semua peserta selesai.

💚 Pembimbing secara singkat  meneguhkan peserta, dan mengharapkan agar mereka tetap menjaga sikap di dalam hidup, agar semakin mampu menangkap pesan-pesan Tuhan melalui berbagai peristiwa yang mereka akan alami.

Doa Bapa Kami: (Semua peserta berdiri sambil bergandengan tangan)

Allah, Tuhan kami, Engkau telah mengundang kami untuk berdialog dengan-Mu. Kami telah menulis pertanyaan dan mempersembahkannya ke hadapan-Mu. Kami percaya bahwa Engkau akan menjawab setiap pertanyaan itu, karena Engkau tidak mungkin menyia-nyiakan kami. Kini kami akan memuji dan memuliakan nama-Mu dengan doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Bapa kami... (dinyanyikan)

Doa Penutup:

Tuhan, Allah Bapa kami yang mahakasih, syukur kami haturkan kepada-Mu. Engkau telah menerima segala persoalan kami putera-puteri-Mu. Kami percaya bahwa Engkau akan menjawab setiap pertanyaan yang kami ajukan dan akan memberikan yang terbaik bagi kami masing-masing.

Hari sudah larut malam dan kami akan segera tidur. Lindungilah kami dengan selimut kasih-Mu. Semoga malam ini kami tidur dengan nyenyak dan dijauhkan dari segala macam bahaya. Dan semoga besok pagi kami bangun dalam keadaan segar dengan hati yang baru dan semangat baru, menyongsong hari baru dengan pengalaman hidup yang baru. Sebab Engkaulah Allah, Bapa kami, sumber segala kebaikan yang bertakhta bersama Putera dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.

Penutup : menyanyikan sebuah lagu syukur

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERISTIWA DALAM HIDUP SAYA

Panggung Kebebasan

REKREASI TERPIMPIN