"Pengadilan Hutan Rimba"

 

Pengadilan di Halaman Istana Raja Rimba

Tuhan Allah memberikan hukum-hukum-Nya kepada bangsa Israel melalui Nabi Musa. Hukum itu yang dikenal  dengan Dasa Firman atau sepuluh perintah Allah. Perintah pertama sampai ketiga mengatur sikap kita terhadap Allah dan empat sampai sepuluh mengatur hubungan  kita dengan sesama.

Terhadap Allah kita menghormati, menyembah, dan menguduskan hari yang disediakan khusus untuk bersujud, memuji, memuliakan, dan bersyukur kepada-Nya.

Dan terhadap sesama, pertama adalah menghormati ayah dan ibu. Orang tua  dianggap sebagai wakil Tuhan di dunia yang harus dihormati.Kedudukan orang tua, sikap dan perlakuan anak kepada mereka banyak dikemukakan dalam Kitab Suci.

Perintah-perintah yang lain jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu, jangan mengingini rumah sesamamu dan juga mengingini isterinya serta milikya yang lain adalah larangan-larangan Tuhan agar kita tidak sewenang-wenang terhadap orang lain beserta hak miliknya.
2 log Fiman

Ada sebuah kisah tentang pengadilan yang terjadi di sebuah hutan, sebagai sindiran terhadap orang yang menggunakan kekuasaan untuk menindas serta mengorbankan orang lain. Beginilah kisahnya;

Pada suatu sore, di halaman istana singa, si raja hutan, akan diadakan sidang pengadilan terhadap seekor rusa. Maka semua binatang diwajibkan hadir. Dalam sidang pengadilan itu, dan Singa bertindak sebagai jaksa, hakim dan raja sekaligus.

Pertama sebagai jaksa, singa mengaum dengan suara keras dan berkata; ”Saudara-saudari para binatang, beberapa hari yang lalu, rusa ini memakan rumput di padang istana. Perbuatan itu melanggar undang-undang hukum rimba yang harus dibayar dengan nyawa sendiri menjadi santapan raja. Kami memohon agar yang mulia tuan hakim  mengabulkan tuntutan ini demi tegaknya undang-undang hukum rimba.”

Setelah mengatakan demikian, Singa lalu bergeser ke posisi hakim, katanya: ”Tuntutan saudara jaksa memang  sangat sesuai dengan undang-undang pengadilan rimba. Setiap pelanggaran di istana raja berarti merongrong kewibawaan raja. Maka demi kewibawaan raja, setiap pelanggar hukum harus menjadi santapan raja. Tuntutan jaksa tidak berlebihan karena sebagai rakyat, menyerahkan nyawa bagi baginda raja, itu merupakan suatu kehormatan.” Kata Singa sambil menahan air liurnya. ”Kami harap keputusan pengadilan rimba ini disetujui oleh baginda raja dan eksekusi bisa segera dilaksanakan.”

Rusa dan Kelinci pesta di ladang bunga

Singa bergeser lagi ke posisi raja, katanya; ”Keputusan pengadilan sore ini amat bijaksana. Saya, raja hutan merestui keputusan pengadilan dan saat ini juga melaksanakannya.” Setelah berkata demikian singa menerkam rusa dan memakannya tanpa pembelaan diri.

Kita pun mungkin pernah berlaku curang dan tidak adil terhadap orang tua, sanak saudara, teman-teman dan para guru. Kita tidak sopan, tidak jujur, memberontak, melawan menuruti kemauan sendiri yang  merugikan mereka. Untuk itu kita perlu mengoreksi diri, memperbaiki segala kekurangan dan kesalahan yang pernah dibuat. 

 

Komentar

  1. Pengadilan rimba dunia binatang itu fiktif, siapa rela memberi contoh yang nyata?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERISTIWA DALAM HIDUP SAYA

Panggung Kebebasan

REKREASI TERPIMPIN