Tembok Tembok Pemisah
Tembok Besar China |
Panggilan Tuhan tampak dalam berbagai anugerah dan sifat-sifat positif kepada manusia. Tetapi segala pemberian itu tidak selalu dipelihara oleh setiap orang. Ada yang justru mengembangkan sifat-sifat dan sikap hidup yang negatif atau yang buruk, membuat hubungan antar manusia tidak harmonis dan renggang. Dan akhirnya, timbullah ‘tembok-tembok pemisah’ atau jurang antar manusia.
“Tembok-tembok Pemisah” dibangun oleh sifat-sifat negatif seperti iri hati, fitnah, antipati, bersaing, menutup diri, melawan, dendam, dan marah. Hal-hal negatif tersebut menghambat perkembangan diri sendiri sekaligus merusak relasi dan perkembangan diri orang lain.
Dari lubuk hati, setiap manusia merindukan keharmonisan, keselarasan, kedamaian, kerukunan dan kebahagiaan hidup. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mau terus-menerus terbelenggu dalam situasi konflik dengan sesama. Sejahat apa pun manusia, ia tetap mempunyai sisi baik dalam dirinya. Bahkan ada kalanya, saat berbuat jahat pun orang mempunyai niat baik, hanya saja bertentangan menurut norma masyarakat. Misalnya, seseorang yang terpaksa mencuri karena tanggungjawabnya menghidupi anak dan isterinya. '
Untuk membuka belenggu konflik horisontal, manusia harus berani melepaskan ‘topeng’ egoisme dan merobohkan ‘tembok pemisah’ dengan mengulurkan tangan persahabatan yang tulus. Segala hal negatif yang merusak persahabatan harus dirombak dan diganti dengan hal-hal positif sehingga akhirnya orang dapat menerima orang lain sebagai saudara tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan. Itulah persaudaraan sejati sebagai anak-anak Allah.
’Tembok-tembok Pemisah’ mengantar peserta kepada pengenalan sifat-sifat negatif dalam diri merusak relasi dengan orang tua, teman, guru, serta orang lain. Setiap orang diharapkan dapat menyadari bahwa sifat dan sikap negatif yang dibiarkan tumbuh akan berkembang di dalam diri, merusak diri sendiri, merusak hubungan dengan sesama, dan merusak relasi dengan Tuhan yang maha baik. Dengan penyadaran itu, diharapkan setiap orang dapat mengambil keputusan untuk mengulurkan tangan persahabatan dengan terlebih dahulu dengan membuka ‘topeng’ sendiri, merubuhkan ‘tembok pemisah’ serta membuka lembaran hidup yang baru.
Musik TheTime is Now
Pengantar:
Hidup ini indah dan setiap orang mengartikan hidup dari sudut pandangnya sendiri-sendiri. Ada yang mengatakan: ’Hidup ini bagaikan fajar pagi yang merekah di ufuk timur’ dan ada yang mengatakan bahwa ’Hidup adalah perjuangan’ dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan itu menggambarkan kebiasaan orang dalam mengartikan hidupnya. Ungkapan itu mungkin cocok, mungkin juga tidak cocok, karena setiap orang mempunyai prinsip hidup yang berbeda.
Kaum muda yang kritis, realistis, serta dapat memberikan makna hidup pada pijakan yang benar. Namun dalam kenyataan, banyak kaum muda lari kepada mimpi-mimpi, dan hidup dalam alam khayal dengan memelihara sifat-sifat negatif serta asyik di dalamnya. Suara hatinya yang murni dilawan dengan berbagai kebohongan dan rancangan negatif untuk merusak.
Kaum muda penerus masa depan suatu bangsa, separti lagu Masa Muda mengajak menyanyi sambil mensyukuri segala anugerah Tuhan dan membangun niat yang luhur untuk berbuat baik demi kepentingan kelurga dan orang lain.
Menyanyikan lagu Masa Muda. (Lihat Lampiran)
Peragaan: ’Tembok-tembok Pemisah’. (oleh pesrta yang sudah disiapkan)P. Di balik keberhasilan dan kebahagiaan manusia, muncul masalah, yaitu ’Tembok-tembok’ yang memisahkan pribadi yang satu dengan lainnya. Ada bermacam-macam batu yang berasal dari dalam diri setiap pribadi yang membentuk tembok. Dan lihatlah… setiap tembok datang dengan kekuatannya masing-masing… (Peserta yang memperagakan ‘tembok-tembok’ muncul secara bergantian sambil membawa kotak dan mendeklamasikan kekuatan dari tembok yang dibawanya lalu menyusunnya membentuk tembok yang memisahkan peserta).
IRI : AKU HARUS MENCARI JALAN UNTUK MENJATUHKAN DIA. MENGAPA DIA BERHASIL SEDANGKAN SAYA TIDAK? PASTI KEBERHASILANNYA DIPEROLEH DENGAN CARA YANG TIDAK JUJUR.
FITNAH : Nilai-nilainya bagus karena ia pandai merayu guru dan juga dekat dengan kepala sekolah. Hah… bukan hasil usahanya yang murni karena ia juga tukang nyontek di kelas.
CURIGA : Saya heran…! Sebenarnya dia tidak pandai, tetapi koq nilainya bisa lebih baik dari saya? Mungkin, karena dia dekat dengan guru, atau…jangan-jangan dia punya contekan tersembunyi.
KESAL : Melihat wajahnya dan mendengar namanya saja, aku muak! Aku tidak pernah akan mendengarkan apa yang dia katakan. Omong kosong! Semua kata-katanya bualan belaka, tidak ada yang benar.
ANTIPATI : Lebih baik, kamu tidak lagi menyebut-nyebut nama itu. Aku tidak tertarik sedikit pun padanya. Sorry... , tidak ada waktu untuknya, aku sibuk. Dan dia... Adalah orang yang paling tidak simpatik di jagat raya ini.
BENCI : Kelakuannya seperti anak kecil. Aku paling tidak suka kalau dia berbicara. Lebih baik mendengarkan lolongan anjing dari pada mendengarkan dia.
MELAWAN: Aku ini orang pintar. Pendapatmu kuno dan tidak sesuai dengan apa yang pernah aku pelajari. Aku tidak akan mengikuti apa yang kau perintahkan, karena aku orang pintar dan mempunyai cara sendiri.
BERSAING: Dia bisa, mengapa aku tidak bisa? Nilai ulangannya 100, saya bisa seribu, pacarnya dua saya lima, dia naik motor saya naik mobil. Pokoknya, aku harus melebihi dia.
PURA-PURA : Aku sebenarnya tidak senang padanya, tetapi karena aku ini murid, ya… aku ikut saja. Di kelas, aku bersikap alim saja agar mendapat pujian dari guru serta nilai yang bagus.
MENUTUP DIRI : Wah… saya tidak bisa apa-apa. Lebih baik saya di belakang layar saja. Tetap diam lebih aman, dari pada ikut terlibat tetapi dipersalahkan.
SAKIT HATI : Jika ingat peristiwa yang sangat memalukan itu, hatiku sungguh sakit. Teman dekatku ternyata "buaya" yang mau mencelakakan diriku kawannya sendiri. Tidak kusangka, ia berbuat begitu, ia menambahkan beban bagi hidupku, sudah jatuh aku tertimpa tangga lagi.
5. Renungan:
Adik-adik, kita sering membentengi diri dengan ‘tembok-tembok’ yang memisahkan kita dengan teman-teman yang di samping kanan dan kiri. Tembok itu menutup pandangan serta mengurung diri kita.Kita menjadi individualis, egois, curiga, iri, fitnah, kesal, antipati, benci, melawan, bersaing, pura-pura, menutup diri, dan sakit hati. Semua itu merusak hati serta hidup kita sendiri. Selain itu sifat-sifat dan sikap negatif melukai orang lain serta mematikan relasi kita dengan mereka.
Sekarang, kita berada di perjalanan menuju dunia baru, tempat kediaman yang aman sentosa bagi semua orang. Tempat itu adalah inti hati yang jernih dan murni, penuh kegembiraan, kedamaian dan keikhlasan. Di sana kita berjumpa dengan Tuhan yang selalu menyapa, menuntun dan memberi tugas untuk kita jalankan.
Kita dipanggil menjadi duta keselamatan-Nya yang tidak mungkin terkurung dalam tembok egoisme. Kita harus berani merubuhkan tembok-tembok pemisah agar kita makin mampu mengalami kehadiran orang lain sebagai sesama yang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Untuk itu, marilah kita meneliti batin kita masing-masing, meneliti diri, mengamati barangkali di sana ada ‘batu-batu negatif’ yang dapat menjadi tembok pemisah di antara kita. Dan baiklah kotak-kotak pemisah yang negatif kita singkirkan dari batin, dan menggantinya dengan yang positif.
Menyanyikan lagu: Marilah Saudara Melangkah Maju.
Pembongkaran ’Tembok-tembok":
Sekarang marilah kita menyingkirkan segala debu, krikil, dari dalam hati kita, yang membentuk’tembok-tembok pemisah’ antara diri kita dengan sesama. Sifat-sifat negatif menghalangi hubungan kita yang sehat dengan sesama dan relasi kita dengan Tuhan. Untuk itu, marilah kita merobohkan tembok-tembok negatif di hadapan kita dan kita ganti dengan hal-hal positif, sifat-sifat dan sikap hidup baik sehingga tidak lagi membentuk tembok pemisah.(Peserta yang tadi menyusun tembok maju dan merobohkan kotak-kotak pemisah, lalu membalikannya sehingga tulisan positif kelihatan, tetapi tidak disusun membentuk tembok, Dan sambil mengangkat kotak, berseru...
IRI diganti dengan CINTA
FITNAH diganti dengan BAIK HATI
SAKIT HATI diganti dengan DAMAI
CURIGA diganti dengan PERCAYA
KESAL diganti dengan GEMBIRA
ANTI PATI diganti dengan SIMPATI
BENCI diganti dengan KASIH
MELAWAN diganti dengan PATUH
BERSAING diganti dengan KERJA SAMA
PURA-PURA diganti dengan JUJUR
Setelah tembok pemisah dirubuhkan situasi berubah menjadi lapang dan positif, karena pandangan tidak terhalang tembok lagi, gambaran persaudaraan egaliter. Semua hidup bersaudara, tidak ada lagi sekat-sekat egoisme yang membentengi. Marilah kita bergandengan tangan penuh persahabatan dan persaudaraan, bisikanlah kepada sahabat di sebelah kiri dan kananmu: ”Engkau saudaraku.” Kita berusaha untuk saling memaafkan, mengampuni, saling memberi dan menerima, menaruh perhatian dan saling menghargai di mana pun kita berada.
menyanyikan lagu: Hari ini Kurasa Bahagia
Doa penutup: (didoakan bersama)
Ya Roh Kudus, Roh cinta kasih, tinggallah dalam budi kami dan buatlah hati kami selalu menjadi baru dengan pikiran yang jernih dan hati yang damai. Biarkakanlah bibir kami selalu mengucapkan kata-kata yang sopan, dan tingkah laku serta tangan kami melakukan perbuatan cinta kasih yang membahagiakan sesama. Kobarkanlah hati kami dengan Roh cinta kasih-Mu agar kami selalu hidup dalam cinta dan saling mengasihi di tempat mana pun kami berada. Sebab Engkaulah Juruselamat kami kini dan sepanjang masa. Amin.
Komentar
Posting Komentar